Halaman

Selasa, 02 Juli 2013

Cisolong Pandeglang



Keberanian, Kekuatan, dan Mental kami benar - benar diuji kali ini. Gowes ke Cisolong Pandeglang merupakan pengalam gowes kami yang paling berkesan. 

Start dari Bubur Bunderan – Kawasan KS – Krenceng – Mancak – Peninjoan - Gunung Sari - Pertigaan Sempur... lurus...- Pabuaran belok kanan - Pertigaan Padarincang...lurus menuju - Pasar Ciomas... belok kiri -. Pertigaan Badak Putih (Yonif-320)...lurus - Menuju Mandalawangi (Siap - siap jalur tanjakan kelok S)- Pertigaan belok kiri melewati Cikoromoy - Pertigaan Saketi...lurus menuju Pandeglang. 5 km sebelum Pandeglang sesudah SPBU belok kanan - Melewati pertigaan lurus terus – Kemudian belok kiri - Belok kanan sampailah di – Cisolong.

Pulang dari Cisolong, harus melewati tanjakan sebelum Pandeglang-Baros-Palima-Kebon Jahe-Pandean (FINISH) - ANGKOT...menuju Cilegon.

Total gowes kali ini menunjukkan angka 83 Km. Walaupun lebih pendek dari rute ke Labuhan via Anyer akan tetapi rute yang dipenuhi oleh tanjakan ini benar -benar menguras seluruh energi yang kami miliki. 


Setibanya di pertigaan Jl. Raya Anyer Padarincang gowes kami lanjutkan dengan belok ke kanan menuju Pasar Ciomas. Disini Oppa Ketut mampir sejenak di Indomaret untuk membeli minuman yang menyegarkan. 

Udara panas dan trek yang sangat berkesan ini kami lalui dengan penuh semangat. Fokus pada setiap gowesan dan tetap menikmati apapun yang terjadi.

Setelah beberapa Km gowes dari Pasar Ciomas kami pun bertemu dengan pertigaan. Beruntung kami bertemu dengan Anggota TNI, kepada beliau kami bertanya mengenai rute ke Cisolong. Jika belok ke kiri maka akan tembus ke tugu Badak Putih Yonif 320 Cadasari jarak sekitar 10 Km (ok kami ambil jalur ini). Setelah rute gowes selanjutnya disepakati kami pun beristirahat sejenak untuk mendinginkan suhu tubuh yang sudah mulai melebihi batas normal. 

Sesekali kami berbincang dengan Tukang Ojek setempat mengenai rute gowes jika lurus, sang tukang ojek yang konon  SD saja pun tak lulus UN memberikan informasi jika lurus akan bertemu Jl. Raya Mandalawangi dengan jalur yang sudah bagus dan hanya 4 Km. Taraaaaaa....... Seperti hujan di siang bolong, WOW 4 Km lebih pendek dan lebih cepat sampai. Tanpa konfirmasi lagi dengan petugas TNI disebelahnya kami pun memutuskan untuk mengambil jalur lurus ke Mandalawangi  

Dengan riang kami pun bergowes ria menuju Mandalawangi, yang konon hanya 4 KM dari pertigaan terakhir, setelah gowes hampir 30 menit kok gak sampai - sampai. Walahhhh mulai curiga ini. Kembali kami bertanya kepada penduduk sekitar mengenai jarak tempuh ke Mandalawangi dan ternyata mereka menjawab bahwa jaraknya antara 50-60 Km lagi dengan jalur yang menanjak dan berliku........ DORRRRRR.... Seperti ditembak di siang bolong. Ketipu euyyyyyy


Hampir saja Om Mull dan saya menyewa angkot atau mobil pick up untuk ke Cisolong mengingat jarak tempuh yang masih panjang, terlebih jalur tanjakan kelok S Mandalawangi yang benar - benar bikin merinding. Tapi niat itu kami urungkan, gowes perlahan dengan sesekali berhenti tetap kami lakukan hingga akhirnya kami menemukan warung penjual mie ayam dimana Om Budi dan Oppa Ketut sudah duluan menunggu.





Setelah puas makan 4 Mangkok Mie Ayam dan 23 Gorengan. Perjalanan kami lanjutkan menuju Jl. Raya Mandalawangi - Jl. Raya Labuhan. Bertemu Pom Bensin yang disebelah kanan langsung belok lanjut ke Cisolong. Sepanjang perjalanan menuju cisolong kami disuguhkan indahnya alam pedesaaan, udara yang sejuk, dan pemandangan Gn. Karang dan Gn. Pulosari yang mempesona.


Sesampainya di pemandian air panas Cisolong sekitar Pukul 14:30, tiket masuk ke objek wisata air panas ini @ Rp 5.000 dengan tiket parkir sepeda @ Rp 2.000. Badan yang pegel - pegel pun serasa dipijat dengan lembutnya ditempat ini. Sungguh terbayarkan perjuangan gowes kami ke tempat ini. Sekitar Pukul 16:00 perjalan gowes pun harus dimulai kembali untuk menuju rumah tercinta di Cilegon.


Perjalanan pulang ke Cilegon kali ini kami mendapatkan bonus trek turunan yang merupakan komposisi dominan trek pulang kali ini. Seperti biasa Oppa Ketut selalu saja bablas dan meninggalkan rombongan ketika pulang, maklum saja beliau sangat alergi terhadap angkot (karena rencana sesampainya di Serang setelah makan langsung sewa angkot). Sesampaijnya di Serang sekitar Pukul 18:00 kami pun mampir ke RM. Ibu Entin, sayang sekali pelayanan yang diberikan terhadap goweser bau badan sangat tidak nyaman. Sepertinya pelayan disini mengira bahwa kami adalah goweser yang tidak punya uang sehingga tidak dilayani dengan baik. Bahkan untuk memesan ikan bakar ukuran besar pun kami harus menyakinkan sang Pelayan bahwa kami sanggup untuk memakannya.


Selepas menyantap menu makan malam, gowes kami lanjutkan untuk mencari steam cuci motor, karena sepeda sudah sangat kotor. Gowes terus sampai Serang Kota kok tidak ketemu juga..., cuaca pun mulai hujan deras. Kami pun memutuskan untuk Stop bergowes dan mulai melirik angkot yang lewat, setelah menemukan angkot yang cocok dan harga yang cocok juga  yaitu Rp 100.000 untuk 1 angkot ke Cilegon secara resmi gowes pun berakhir. 

Sesampainya di rumah Pukul 20:30, capek, lelah, bau, pegel campur semua jadi satu. Youp.... Perjuangan yang panjang dan mengasyikkan.... Dan tidak lupa juga kami membawa oleh - oleh otak - otak Ibu Entin untuk keluarga di rumah.

BRAVO untuk Oppa Ketut, Om Budi, Om Mull, & Saya tentunya.


Merak Via Bojonegara


Gowes hari minggu tgl 9 Juni 2013 hanya diikuti oleh 2 goweser yaitu Om Moel dan Om Budi... Kali ini terpaksa saya engga bisa ikut karena harus ke Batavia menghadiri pernikahan Keponakan. Tujuan goweser pantang menyerah kali ini adalah ke Merak via Bojonegara. Seperti biasa start dimulai dari Palm Hills jam 6.15 langsung berangkat menuju “pom bensin” Kali Gandu untuk mengisi perut dengan menu nasi ketan plus telor asin di tambah teh manis. Cuaca yang cerah menambah semangat perjalanan kali ini. Plus semangat nambah nasi ketan di pagi hari tentunya heeee...




Setelah mengisi perut, perjalanan dilanjutkan menuju  Dermaga Penyeberangan Rakyat Grenyang, ditempat ini biasanya kalau hari sabtu dan minggu dipenuhi para mancing mania karena ditempat inilah biasanya mereka menyewa perahu untuk kemudian melakukan perjalanan menuju spot mancing dilaut lepas.


Sebelum sampai di Dermaga Penyeberangan Rakyat Grenyang, kami melewati Tempat Pelelangan Ikan Bojonegara, aktivitas pagi itu ramai, mulai dari nelayan yang membawa hasil tangkapan untuk dijual ditempat itu, pembeli yang menawar dan ditambah lagi para mancing mania yang membeli udang untuk umpan mancing mereka. Ikan, udang, cumi semuanya masih segar dan enak rasanya dan disini juga terdapat beberapa warung special tempat bakar ikan yang menyediakan nasi, lalapan dan sambalnya sekalian seperti di muara karang Jakarta.


Tidak jauh dari tempat pelelangan ikan, ada satu tempat yang sering dikunjungi oleh warga sekitar dan masyarakat dari luar Banten yaitu Gunung Santri. Gunung Santri merupakan nama kampung yang ada di Desa Bojonegara dan terletak diatas sebuah bukit. Di puncak Gunung Santri terdapat makam seorang Wali yaitu Syekh Muhammad Sholeh, beliau adalah Santri dari Sunan Ampel dan di dekat makam beliau terdapat makam pengawal sekaligus santri Syekh Muhammad Sholeh yaitu makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar yang setia menemani syekh dalam meyiarkan Agama Islam. Jarak tempuh dari kaki bukit menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. 

Perjalanan dilanjutkan dari Dermaga Penyeberangan Rakyat Grenyang menuju pantai kelapa tujuh, jalur yang kami lalui adalah jalan aspal. Sepanjang perjalanan disisi kiri berderet crushing plant (pabrik pemecah batu), dijalur tersebut hambatan yang paling berat adalah debu dan truck pengangkut batu. Tidak lama dari lokasi tersebut disisi kanan kita berderet pabrik industri kimia setelah itu melewati tanjakan pertama.dan terlihat 3 cerobong asap milik PLTU Suralaya, kemudian melewati tanjakan kedua yang merupakan area PLTU Suralaya lalu lanjut tanjakan ke 3 lalu masuk area komplek perumahan PLTU Suralaya dan langsung menuju Indomart kelapa tujuh tepat jam 8.30.

Istirahat sambil menikmati pantai dengan anginnya yang sepai-sepoi ditambah menenggak minuman segar merupakan hal yang paling asyik dilakukan setelah bersepeda. Setelah melepaskan lelah, perjalanan kami lanjutkan menuju Hotel Merak Beach, disana kami melihat aktifitas penyeberangan  di pelabuhan merak dan beberapa orang mancing mania. Perjalanan kami lanjutkan menuju rumah masing-masing di Palm Hills dan sampai tepat jam 11.45.