Halaman

Selasa, 28 Mei 2013

Labuhan



Labuhan, Kota pelabuhan yang terletak di bagian Barat Pulau Jawa ini merupakan tujuan gowes kami kali ini. Tiga orang Penggowes Tahan Panas yaitu Om Mull, Opa Ketut, & Saya adalah goweser yang beruntung  untuk menjelajahi rute ini.  


Rute yang menurut angka di Speedometer sejauh 144 KM (Cilegon-Labuhan-Cilegon) kami tempuh selama 13,5 Jam PP. Walaupun jauh sepanjang perjalanan ke Labuhan kami disuguhkan indahnya Pantai Anyer - Carita dan rindangnya pepohonan. Sesekali kami menyempatkan berhenti untuk sejenak menikmati pemandangan Pantai yang ada, untuk menikmati pemandangan ini siapkan uang sekitar Rp 5.000 dilalah ada warga sekitar yang meminta retribusi. Maklum saja sepanjang rute ini merupakan daerah wisata yang sangat komersil (bahkan untuk pantai kosong yang penuh ilalang).

Sesampainya di Carita kami mampir sejenak ke rumah kawan lama Om Mull. Disini kami disuguhkan hidangan khas sekitar yang cukup berkesan yaitu Bakso tahu dengan nasi di dalam kuah yang kaya akan rempah - rempah (terutama cengkeh dan terasi).  

Satu jam setelah gowes dari Carita kami pun akhirnya Finish di Warung Otak - Otak Ibu Entin yang legendaris itu. Harga otak - otak ikan tenggiri disini @1.500.

Dikarenakan RM. Ibu Entin tidak menyediakan tempat makan berupa saung-saung kami pun balik arah ke Cilegon. Dan beberapa Meter dari sana terdapat RM. Lancar Caringin dengan saung - saung idaman para goweser. Maklum saja dengan bau badan level 10 tak elok rasanya makan di RM yang tertutup.

Di RM. Lancar Caringin kami pun memesan 1 kg ikan baronang @70.000 dan 10 bungkus otak-otak ikan tenggiri. Rasa otak-otak disini lebih lembut daripada di RM. Ibu Entin dan dengan harga yang sama.

Sekitar satu jam lamanya kami melepas lelah di RM ini sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali gowes ke Cilegon. Sungguh Tuhan memberikan kami bonus pada hari itu. Jalur pulang diselimuti dengan sejuknya udara pantai karena hujan akan segera tiba.
Dan benar saja tak berapa lama kami bergowes ria rintik - rintik air hujan pun mulai menyejukkan jalanan aspal dengan aroma uap air yang mulai terasa.

Tak gentar akan panas, tak takut akan hujan. Terus bergowes seirama menuju rumah tercinta. Sesekali memang kami harus berhenti sejenak untuk merenggangkan otot - otot yang mengencang.

Selepas Marbela antrian mobil yang bermacet - macet ria mulai mengular. Dan disinilah nikmatnya bersepeda, dengan egoisnya kami membunyikan bel sepanjang perjalanan untuk sekedar menunjukkan bahwa tak akan ada macet jika kita menikmati alam dengan menjaga lingkungan. Di sepanjang perjalanan pulang kali ini ternyata sepeda kami lebih cepat daripada mobil mewah yang mengular itu.

Lagi - lagi keegoisan manusia membuat semuanya menjadi susah. Ada kalanya sepeda pun terkena macet dan tak bisa digowes. Karena media jalan yang notabennya merupakan hak pejalan kaki dan goweser sudah mulai diserobot angkot yang tidak sabar mengantri di kemacetan yang mulai menggila.


Dengan perjuangan yang panjang kami pun akhirnya tiba dirumah Pukul 19:30. Rasa lelah yang membuat kami bertiga sampai over heat hingga keesok harinya ini terbayarkan dengan indahnya pengalaman yang kami dapat. Keluarga pun di rumah sangat senang karena mendapatkan oleh - oleh otak - otak Ibu Entin yang legendaris itu.




More Photos :
https://picasaweb.google.com/118015454831154083739/Labuhan