Halaman

Kamis, 28 Maret 2013

Tour De' Tanara


Tour De' Tanara. 110 KM, 12 Jam, Palm Hills - Tanara - Palm Hills, Rute gowes yang menghabiskan stamina dan mental ini merupakan pengalaman gowes terjauh yang pernah kami lalui. Walaupun secara fisik dan mental kami sudah kehabisan stok. Sekali lagi alam mengajarkan kami untuk mengalahkan diri sendiri sehingga kami dapat pulang dengan selamat pada Pukul 18:30 di Palm Hills (Cilegon Barat).



Start dari Palm Jam 06:30 dilanjut gowes santai menuju Tasikardi dan makam Sultan Kenari kemudian menyusuri sungai Cibanten untuk melihat makam Panglima Perang Raden Tumenggung Ariasatjadinata, mampir sejenak ke Pulau Dua dilanjutkan dengan makan siang Pecak Bandeng Sawah Luhur.

Di Pulau Dua kami bertemu dengan Jagawana yang sedang asik memancing ikan bloso, beliau tidak mengijinkan sepeda untuk masuk ke area Pulau Dua sehingga kami harus berjalan kaki menuju bibir pantai. Sang Jagawana ini setelah kami telusuri keesok harinya melalui mbah google ternyata bernama Bp. Mad Sahi seorang legendaris pencinta Pulau Dua dan burung - burung yang ada disana. Beliau telah dianugerahi Kalpataru (1983) dan Satya Lencana bidang lingkungan hidup (1995). Sungguh menyesal kami tidak googling terlebih dahulu mengenai detail dari Pulau Dua sehingga ada banyak pelajaran yang seharusnya dapat kami pelajari dari Bp. Mad Sahi.  

Setelah perut terisi oleh Pecak Bandeng yang sambelnya HOTTTTT banget. Gowes dilanjutkan menyisiri jalan tepi pantai yang merupakan jalan yang telah dibangun pada masa Daendles yaitu Pontang - Tirtayasa - Tanara.


Sesampainya di Tanara kami langsung bertanya ke penduduk sekitar mengenai lokasi dari Masjid Agung Tanara, yang konon merupakan Masjid pertama yang di bangun di Banten. Masjid ini di bangun oleh Sultan Maulana Hasanudin akan tetapi karena Masjid ini berdekatan dengan rumah Syeh Nawawi banyak masyarakat yang mengira bahwa masjid ini dibangun oleh beliau.


Sesampainya di Masjid Tanara, karena udara sangat panas dan kebetulan bertemu dengan penjual cincau kami pun melepaskan dahaga dengan memakan es cincau. Sayang minuman tradisonal ini sudah menggunakan sirup dengan pewarna yang WAH.....


Sebelum pulang kami menyempatkan untuk melihat makam dari orangtua Syeh Nawawi yang berjarak kira - kira 500 m, dan ternyata disini lebih ramai dari suasana Masjid Tanara. Banyak sekali masyarakat yang berziarah ke makam ini dan tentu saja hal ini mengundang pengemis dan pedagang asongan.

Perjalanan gowes kembali ke Palm adalah hal yang sangat menantang, secara fisik ataupun mental sesungguhnya kami sudah tidak sanggup untuk bergowes. Tapi disinilah tantangannya, kami akhirnya diajarkan untuk mengalahkan diri sendiri sehingga tiba dengan selamat sampai di Palm jam 18:30.

 More Photos : https://picasaweb.google.com/118015454831154083739/TourDeTanara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar