Halaman

Senin, 03 Februari 2014

Desa Garung Via Randakari

Desa Garung..... Untuk sekian kalinya rute ini manjadi favorit kami untuk bergowes ria. Karena rute ini lah yang paling memenuhi kriteria dari motto group yaitu : Sport, Healthy, Fun, & Culinary

Bermodal pengalaman Om Amirul yang pernah gowes ke Anyer via JLS dan belok di perempatan Randakari, gowes kali ini ke Garung pun melalui rute ini. 

Hujan yang selalu saja mengguyur beberapa hari belakangan, membuat banyak dari anggota group yang berkicau untuk kembali ke Garung, sepertinya kenangan masa kanak-kanak ketika mandi di Sungai masih membekas di benak mereka. Sehingga ketika melihat hujan di saat weekend, Garung selalu saja melintas untuk dikunjungi.

7 orang goweser dengan kicauan paling santer untuk gowes ke Garung kali ini adalah : Oppa Ketut, Pak Diding, Om Mull, Om Budi, Mas Akbar, Mas Taufik, dan Saya. 7 Icon Goweser Pencinta Sungai Garung ini sangat bersemangat untuk menanti pagi di tanggal 12 Januari 2014. Sepertinya dalam mimpi di malam minggu itu pun mereka berbasah – basah ria di Sungai Garung.

Pagi yang dinanti pun tiba, seperti biasa titik pertemuan jika ke Garung adalah Bubur Lapindo Damkar (Kecuali Oppa Ketut yang selalu saja membongkar kebiasaan lama dengan menunggu di Bubur Pak Kumis Krenceng). Selepas sarapan dan bertemu Oppa Ketut gowes kami lanjutkan menuju perempatan JLS via Krenceng, disini kami sejenak menghela nafas untuk sekedar menghisap sekali atau dua kali isi dari water bladder (kecuali Om Mull yang setia dengan sebatang dua batangnya).


Dari perempatan JLS gowes dilanjutkan belok ke kanan dan menuju perempatan Randakari, setibanya dengan perempatan yang dituju, gowes kembali dilanjutkan dengan belok ke kiri menuju Anyer. Udara pagi itu masih cukup sejuk, semangat gowes pun belum kendur. Tak salah memang memilih rute ini untuk ke Garung, selain disajikan pemandangan yang luar biasa indahnya, masyarakat yang antusias melihat kedatangan goweser, dan yang pasti bebas polusi (kecuali polusi organik). Maklum saja masih menjadi hal tabu bagi sebagian masyarakat Banten untuk mendirikan WC di rumah terutama di perkampungan.


Alam yang indah sayang untuk dilewatkan, sesekali kami berhenti sejenak untuk merasakan keindahan Sang Pencipta, menghela nafas, dan bersyukur atas nikmat yang diberikan. Selepas istirahat diantara perbukitan gowes pun dilanjutkan kembali menuju jalan alternatif Mancak-Anyer. Sebelum pertigaan menuju jalan ini kami disuguhkan dengan trek turunan terjal dan bebatuan yang sulit untuk ditapaki ban (hati – hati di trek ini). Setibanya dipertigaan yang dituju gowes dilanjutkan dengan belok ke kanan menuju Pasar Anyer. Sebelum pertigaan Pasar Anyer ada jalan alternatif untuk menuju ke Desa Garung (Jalan ini sudah diaspal) dari sini gowes dilanjutkan dengan belok ke kiri.

Setibanya dipertigaan menuju desa Garung kami beristirahat sejenak di sebuah saung yang cukup nyaman. Rasa takut akan kehabisan Ikan Kue Bakar Babe Djunet, Oppa Ketut dan Saya mampir sejenak kesana untuk memesan ikan dan tempat. 





Om Amirul yang pertama kalinya gowes kesini sangat antusias merasakan segarnya air Sungai Garung,  setibanya dilokasi (yang kali ini cukup di sungai kecil dibawah jembatan). Kami pun langsung membuka jersey dan berendam merasakan dinginnya air Sungai Garung.


Tak terasa 1 jam lamanya kami berendam di Sungai ini. Perut pun mulai keroncongan, terbayang sudah ikan kue bakar yang dipesan tadi. Akan tetapi..... eng ing eng.... setibanya di RM Babe Djunet ikan yang telah dipesan yang katanya “Ada”, menjadi “Tidak Ada”, yahhhhh karena perut sudah keroncongan kami pun memutuskan untuk membeli ikan Kue dengan bobot yang lebih besar dengan harga @70.000 (Pengalaman lain kali ketika pesan ikan dilihat dahulu dan langsung dipisahkan).


Menunggu ikan pesanan matang kami pun menyantap beberapa otak – otak yang disajikan..... Amboiiiiii lezatnyooooo otak – otak ini, selain berukuran tak lazim rasanya pun sangat nikmat (@2.500). Takut kehabisan lagi Oppa Ketut, Om Mull, Om Budi, dan Saya langsung memesan untuk dibawa pulang.

Setelah puas menyantap ikan bakar seperti biasanya kami meminta rincian biaya ke kasir, dari total biaya yang ada kami dibebankan @30.000.... WOW murah sekali..... Dengan riang kami pun kembali pulang ke rumah masing –masing. Sepanjang perjalanan pulang ke Cilegon saya mulai tersadar, kok murah sekali makan kali ini, padalah dari segi ikan, otak –otak, minuman. Sepertinya harganya terlalu murah. Ditengah perjalanan saya pun kembali melihat bon yang diberikan dan menghitung ulang dengan kalkulator dan ALAMAKKKKKKK ternyata sang kasir salah dalam menjumlah sehingga total bon tidak sesuai dengan rincian biaya....... WALAHHHHH ini yang artinya jika dibagi menjadi 7 setiap orang yang gowes hari ini masih mempunyai hutang di RM Babe Djunet sebesar @ 18.000 (haduhhhh tepok jidat). Karena perjalanan sudah 50% lagi menuju rumah kami pun memutuskan untuk membayar kekurangan pembayaran di Gowes Garung selanjutnya.

Setibanya di rumah, buah tangan otak – otak pun kami buka..... Dan ternyata otak –otak memang main otak, ukuran dan rasa yang dibawa pulang tidak sama dengan yang dimakan di RM. Ehemmmmm sungguh terlaluuuuuuu (Jreng Jrengggggg)......

More Photos : 
https://picasaweb.google.com/118015454831154083739/GarungViaRandakari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar